PENYEBAB MENINGKATNYA GAS RUMAK KACA
Manusia dengan segala aktifitasnya, merupakan penyebab utama meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfir. Manusia, menguras sumber energy dari perut bumi, berupa Minyak dan Batu Bara. Bahan Bakar Fossil (BBF) ini di baker untuk mendapatkan energynya, meggerakkan industri-industri yang dibangun tanpa henti. Ketika Bahan Bakar Fossil ini dibakar, GRK lepas ke atmosfir.
Faktor CO2 dari pembakaran BBF ini dapat dilihat pada table berikut ini :
Diantara jenis industri yang getol membakar BBF ini adalah industri Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Untuk kondisi kita di Indonesia, rata-rata CO2 yang di emisikan dari industri listrik adalah 0.74 ton untuk setiap MegaWattHour (MWh) listrik yang dihasilkan, atau 740 ton CO2 untuk setiap GigaWatthour (GWh). Menurut data dari Dept. ESDM, jumlah listrik yang diproduksi diseluruh Indonesia, setiap tahunnya dari tahun 2002 sampai 2007 adalah seperti grafik berikut ini.
Ballastop dapat membantu usaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca ini.
Diatas tadi sudah saya sampaikan, bahwa untuk menghasilkan 1 MWh listrik dari Industri pembangkit listrik, akan dilepaskan 0.74 ton CO2, gas yang paling dominan dalam kelompok GRK. Atau, 0.74 Kg CO2 untuk setiap KWh yang dihasilkan. Ini, sebaliknya berarti, apabila kita melakukan penghematan listrik. Pada posting terdahulu (KENAPA BALLASTOP DAPAT MENGHEMAT PEMAKAIAN LISTRIK... ), sudah saya uraikan, bahwa menggunakan Ballastop untuk menyalakan Lampu TL 40 watt, hanya mengkonsumsi listrik 34.85 watt saja per lampu...!!. Bandingkan bila Anda masih menggunakan Ballast Konvensional, merek terkenal di Indonesia sekalipun, bahkan sudah dipasang kapasitor segala, Anda akan mengkonsumsi listrik 66.88 watt per lampu. Apabila di pabrik dan kantor Anda terpasang 1000 buah lampu TL, masih menggunakan Ballast Konvensional, nyala 10 jam per hari, maka total konsumsi listrik untuk semua lampu TL tersebut adalah 20,064 KWh/bulan. Sedangkan bila menggunakan Ballastop, hanya 10,455 KWh/bulan. Anda hemat 9,609 KWh/bulan...!!.
Karena untuk menghasilkan 1 KWh listrik (di pembangkit tenaga listrik) melepaskan 0.74 Kg CO2, maka sebaliknya itu berarti akan mengurangi 0.74 kg emisi CO2 untuk setiap 1 KWh yang di hemat. Untuk penghematan 9,609 KWh/bulan, berarti Anda sudah mengurangi pelepasan CO2 sebanyak 7.11 ton CO2/bulan atau 85.33 ton CO2 per tahun. O..ya..., sebelum lupa, perlu saya beritahukan bahwa untuk setiap pengurangan 1 ton emisi CO2, dihargai US$ 5.-. Bayangkan....!!, bila setiap asosiasi industri yang ada di Indonesia, dapat mengajak anggotanya untuk melakukan pengurangan emisi CO2 secara bersama, berapa ribu ton emisi CO2 yang dapat dikurangi dan berapa ratus ribu dollar dana yang dapat di terima dalam 1 tahun.
0 komentar:
Posting Komentar